HOME | SCIENCE | LITERATURE | SPORTS | NEWS | PICTURE | MUSIC | FORUM

Rabu, 19 Oktober 2011

BOCAH PEMBERI INSPIRASI


Siang itu jam 13.06 di rumahsakit daerah, sambil menunggui saudara yang sakit,muncullah seorang bocah kecil yang biasa menjajakan dan menawarkan  dagangannya pada orang orang ,
“ pempek-pempek, ada lenjer,adaan,kapal selam,risoles,martabak kentang” begitu teriak bacah itu sambil menawari pada kami, “pempek kak” dia menawari ku, dengan cekatan dia mengambil pempek yang kuminta
“nih ada kembaliannya tidak” kataku sambil memberikan duit 50.000 kepadanya, “tenang aja kak, pasti ada” kata dia sembari dia mengeluarkan uangnya dari kantong plastik kucel yang berisi banyak uang, “wuih, banyak duit ya” kataku
“alhamdulillah lagi lancar rezekiku kak” dia berkata dengan senyum di wajahnya, lalu ku suruh dia duduk di sebelah ku, “tidak sekolah kamu” tanyaku padanya, “ tidak lagi kak Cuma tamat SD”, aku pun bertanya “ knapa tidak ngelanjut saja,apa tidak ada duit”, dia pun menjawab” buat apa kak sekolah tinggi-tinggi sedangkan sarjana saja banyak yang jadi penggangguran, sedang saya tidak sekolah tinggi saja dapat penghasilan Rp 30.000 per hari, kalo sebulan saya bisa dapet kurang lebih 900.000, sedangkan honorer di tempat kita ini kak yang rata-rata tamatan SMA- sarjana, paling besar 500.000 per bulan, enakan aku kak”.
Saya terkejut dan terdiam dengan jawaban bocah kecil tersebut, pemikiran yang tajam, dan sebuah keritik yang dalam buat saya yang seorang dalam tahap sarjana. Dalam hati saya membenarkan perkataan anak tersebut, Karena banyak sarjana sekarang yang begitu lepas kerja mengaggur, tidak punya penghasilan, dan banyak juga karena belum bisa bekerja yang melanjutkan S2 dengan alasan ingin mengisi waktu luang dan menambah nilai jual dirinya.

Tapi pernyataan bocah penjual pempek tersebut menyadarkan saya tentang rejeki dan tujuan dari bersekolah, yang saat ini saya mungkin kalah dengan bocah kecil tersebut, walau saya seorang yang mempunyai penghasilan, saya hanya seorang buruh.

Beda dengan bocah kecil penjual pempek tersebut, dalam usia belia dia sudah bisa menjadi majikan untuk dirinya sendiri. Sungguh hebat pemikiran lugu bocah penjual pempek tersebut. pembalajaran yang menarik dari seorang bocah kecil. Rezeki Tuhan tidak ada batasnya, tinggal kemauan kita untuk dapat berusaha menggapainya. Pelajaran dapat di peroleh tidak hanya di pendidikan formal, Dan dunia pun banyak memberi pelajaran untuk kita.

3 komentar:

  1. Bocah penjual pempek itu tampaknya tahu betul arti kehidupan. Tuhan memberi rezeki kepada semua hambanya, tinggal bagaimana kita menjemput rezeki itu.

    Salam kenal ya, mampir juga dan jadi teman di blog saya. Salam Indonesia :)

    BalasHapus
  2. memang rezeki orang sudah ada yang mengatur, tergantung dari usaha dari orang tersebut.

    salam kenal
    jimmy hartono
    http://telepongenggam-jimmy63.blogspot.com/

    BalasHapus
  3. @ aji prast : iya, dia mmberi saya inspirasi, untuk merusaha, oke gan, ntar aku mampir

    @ jimmy63 :betul bnget gan, tinggal kita yg berusaha

    BalasHapus